Pengolahan Hasil Pertanian

Dalam perkembangannya, teknologi pangan di samping digunakan untuk mengurangi kerusakan juga untuk memperkaya zat gizi dan juga untuk merubah sifat bahan pangan sehingga sesuai dengan selera konsumen. Adapun tahapan perkembangan teknologi pengolahan hasil pertanian adalah dimulai dari pengaturan aktivitas air, pengeringan, teknologi fermentasi, pengalengan hingga teknologi makanan ringan. Beberapa contoh pengolahan hasil dan budidaya pertanian.

a. Singkong
Keberadaan singkong yang melimpah dan harga yang murah di pedesaan dapat ditingkatkan menjadi bahan makanan yang bernilai tinggi. Melalui pengeringan sederhana misalnya dengan diparut kasar, dicuci dikeringkan dan kemudian digiling yang selanjutnya dapat dibuat beraneka macam produk makanan basah maupun kering. 

Dengan perajangan dan penggorengan yang tepat dapat dihasilkan kripik atau chips singkong dan dapat diberi dengan berbagai macam rasa sehingga lebih mempunyai harga jual yang tinggi. Pengolahan yang mudah dipraktekkan adalah dengan membuat makanan melalui singkong yang diparut ataupun melalui perebusan dan penghalusan lebih dahulu. Hasil pengujian resep dan penilaian sensoris terhadap berbagai makanan dari bahan singkong dapat diterima masyarakat dan dapat meningkatkan harga jual. 

Beberapa industri yang telah berkembang antara lain; criping, lanthing, pathilo, gethuk dan sebagainya. Singkong sebagai salah satu jenis bahan makanan sumber karbohidrat yang dapat tumbuh subur di Indonesia dan relatif murah harganya. Guna menunjang kebijakan pemerintah bidang pangan yaitu untuk meningkatkan upaya penganekaragaman atau diversifikasi pola konsumsi pangan guna mengurangi ketergantungan beras sebagai makanan pokok, mak aperan umbi-umbian termasuk singkong menjadi amat penting. Singkong sudah biasa dimanfaatkan oleh masyarakat luas, 

untuk diproses menjadi berbagai produk olahan secara tradisional, baik untuk memenuhi keperluan sendiri maupun dikomersialkan. Karena potensi yang cukup banyak, maka usaha pemanfaatan singkong perlu dilestarikan dan dikembangkan lebih lanjut menjadi produk-produk baru yang lebih modern, eksklusif dan berkadar gizi tinggi, dengan sentuhan teknologi pangan yang tepat.

Singkong yang tersedia dalam jumlah yang relatif besar pada setiap kali  panen,  memerlukan  uluran  tangan-tangan  terampil  untuk menyelamatkannya dari masa pasca panen, karena masa segar singkong hanya bertahan 2 × 24 jam sejak dipanen. Dari berbagai percobaan singkong langsung dapat diolah menjadi berbagai macam makanan basah, kering atau kombinasinya. 

Produk yang dihasilkan dapat berasa manis dan gurih, melalui proses awal dengan pemarutan, pengukusan kemudian dibuat aneka macam hidangan singkong yang menarik dan enak. Salah satu usaha untuk menyelamtkan singkon hasil panen dengan segera adalah dengan dibuat dahulu menjadi tepung, dan dari bahan tepung tersebut dapat diolah menjadi berbagai produk makanan yang menarik.

b. Jagung
Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras. Jagung juga mengandung unsur lain yang diperlukan manusia yaitu kalori, dan protein. Dengan mengkonsumsi aneka macam produk olahan jagung, berarti telah melaksanakan program diversifikasi pangan non beras. 

Pengolahan jagung menjadi berbagai macam produk olahan, akan dapat meningkatkan nilai ekonomi dan nilai guna jagung sebagai bahan pangan non beras, disamping  dapat  meningkatkan  pendapatan  keluarga.  Teknik pengolahannya dapat berasal dari jagung yang masih segar maupun yang telah kering ataupun dibuat jagung. Adapun produknya diantaranya : emping jagung, aneka bolu, talam, dan sebagainya.

c. Hasil Laut
Dalam rangka pembangunan bangsa yang sehat, kuat dan cerdas, pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi tubuh adalah mutlak. Ikan merupakan bahan pangan hewani yang kaya protein dan rendah lemak, sehingga sangat baik untuk pemenuhan gizi. Selain hal tersebut Indonesia adalah negara yang terdiri dari sebagian besar lautan sehingga kaya akan ikan.

Selama ini masih banyak masyarakat Indonesia yang menjadikan ikan sebagai lauk-pauk selingan. Sebagian lain menganggap ikan kurang baik bagi kesehatan, sebab dapat menimbulkan alergi, gatal-gatal serta cacingan. Pendapat keliru tersebut wajar jika berpengaruh pula pada budaya masyarakat yang cenderung kurang menganggap penting mengkonsumsi ikan. Sebagai contoh DIY masih tergolong rendah dalam konsumsi ikan yakni 8.5 Kg pertahun (Dinas Perikanan DIY, Th 2002). 

Angka tersebut masih jauh dibawah tingkat konsumsi Nasional yang mencapai 23 Kg/ tahun. Terlebih lagi jika dibandingkan dengan konsumsi ikan negara lain seperti halnya Jepang yang menca[pai 100 Kg/ tahun,
Korea selatan 80 Kg/ tahun, Malaysia 40 Kg/ tahun dan Thailand 35 Kg/ tahun.

Rendahnya konsumsi ikan di DIY mencerminkan masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya konsumsi ikan, walaupun DIY kondang sebagai kota pelajar, kota budaya dan kota pantai. Padalah hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa ikan dapat mencerdaskan, menyehatkan dan  menguatkan  manusia  yang  mengkonsumsi. Kecenderungan kurangnya minat masyarakat mengkonsumsi ikan antara lain karena belum terbiasanya mengkonsumsi, tidak suka karena amis, kurangnya informasi tentang aneka teknik pengolahan ikan.

d. Tempe
Tempe merupakan makanan hasil fermentasi kedelai yang unik serta merupakan salah satu makanan tradisional warisan nenek moyang Indonesia yang telah menarik minat peneliti Indonesia dan mancanegara. Tempe banyak mengandung gizi dan beberapa hasil penelitian  menunjukkan bahwa tempe mengandung berbagai khasiat untuk kesehatan. 

Tempe merupakan salah satu jenis makanan yang digemari oleh kebanyakan masyarakat Jawa ternyata memiliki arti simbolis dan ritual, seperti hubungan makanan dengan status sosial ekonomi seseorang atau golongan dan berhubungan dengan fungsi yaitu dipergunakan untuk suatu upacara masyarakat tertentu.

Ironisnya sekalipun tempe sudah biasa disajikan dalam menu harian oleh masyarakat di pedesaan dari berbagai golongan, namun sesekali dinilai atau dianggap makanan yang rendah. Di dalam hubungan sosial dan pergaulan hidup sehari-hari masih sering didengan ucapan atau ungkapan yang menunjukkan pelecehan sosial, sindiran terhadap hidangan tempe.

Dalam perkembangan terakhir, tempe mulai digemari oleh berbagai warga masyarakat baik desa maupun perkotaan bahkan luar negeri. Makanan tempe tidak lagi dijadikan menu tambahan melainkan disantap sebagai makanan kesehatan. Informasi hasil penelitian laboratorium berbagai instansi pemerintah dan perguruan tinggi diketahui bahwa tempe kedelai sangat berkhasiat sebagai antibiotik dan anti diare. 

Selain itu tempe juga berguna untuk kesehatan kulit. Pada masyarakat golongan elit, dewasa ini tempe dijadikan obat pelangsing tubuh, bagi mereka yang kegemukan  akibat  kelebihan  kolesterol  dapat  dikurangi  dengan mengkonsumsi tempe (Suparno, 1995).

Dari uraian di atas terlihat bahwa hingga saat ini masih ditemui dua isu tentang tempe yang bertentangan. Di satu sisi tempe dinilai rendah, sedang di sisi lain justru dinilai tinggi. Persepsi pertama didasarkan atas
kenyataan bahwa disamping tempe banyak yang dibuat secara tradisional yang kurang higienis juga jenis makanan lebih banyak diminati oleh masyarakat golongan menengah kebawah yang rendah tingkat sosialnya.
 
Akan tetapi karena tempe merupakan warisan budaya yang bergizi tinggi dari bangsa Indonesia, maka perlu kiranya makanan rakyat ini dilestarikan dan ditingkatkan derajat status sosialnya, yaitu agar tempe dapat memperoleh tempat yang khusus dan tinggi dalam susunan menu seluruh lapisan dan tingkat masyarakat Indonesia.

Beberapa cara peningkatan mutu tempe, antara lain dilakukan perubahan persepsi dan cara pembuatannya yang dinilai kurang bersih dan kurang memenuhi syarat kesehatan. Untuk itu perlu ditanamkan pengertian yang proporsional terhadap tempe, yakni dengan dilihat segi- segi baik dan uniknya, seperti kandungan gizi, kesehatan serta kegunaan lain. 

Agar perubahan ini teradi dan tempe dapat diterima oleh semua golongan masyarakat di tanah air, diantaranya jenis makanan tradisional dengan dibentuk menjadi hidangan yang menarik (eksotik) dan juga dijadikan kelengkapan pada setiap hidangan jamuan makan. Dalam hal ini tempe dipromosikan melalui cara-cara modern, baik dalam pengemasan, penyajian serta pembuatannya, misalnya tempe dibuat steak, burger, pudding, minuman dan sebagainya.

Popular posts from this blog

Istilah-Istilah Dalam Bertelepon

Teori Marketing Perhotelan

Strategi Dan Perencanaan Pemasaran