Akuntansi Hutang Jangka Panjang
Di depan telah dijelaskan bahwa hutang adalah kewajiban perusahaan kepada pihak tertentu. Hutang selalu berkaitan dengan kewajiban untuk menyerahkan barang atau jasa tertentu di masa yang akan datang. Hutang biasanya dibedakan atas dasar jangka waktu pelunasannya, karena hal ini akan berpengaruh pada likuiditas perusahaan. Oleh karena itu, di dalam neraca harus ditunjukkan dengan jelas hutang mana yang tergolong sebagai hutang jangka pendek dan mana yang termasuk hutang jangka panjang. Hutang jangka pendek adalah kewajiban-kewajiban yang harus dilunasi dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun atau tidak lebih dari satu siklus operasi perusahaan. Sementara, hutang jangka panjang adalah kewajiban-kewajiban yang harus dilunasi dalam jangka waktu lebih dari satu tahun atau lebih dari satu siklus operasi perusahaan. Penentuan jangka waktu ini diukur sejak tanggal pembuatan neraca, oleh karena itu hutang jangka panjang bisa berubah menjadi hutang jangka pendek, jika terhitung mulai tanggal neraca tertentu hutang tersebut harus dilunasi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun.
Timbulnya Hutang Jangka Panjang
Hutang jangka panjang umumnya timbul apabila perusahaan membutuhkan tambahan dana. Apabila dana ini akan digunakan untuk investasi dalam aktiva tetap yang akan memberikan hasil dalam jangka panjang seperti misalnya untuk pembuatan gedung atau pembelian mesin-mesin, maka dana yang dibutuhkan sebaiknya diperoleh dari hutang jangka panjang atau modal sendiri. Ditinjau dari sudut perusahaan yang membutuhkan dana, pinjaman berupa obligasi memiliki beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan apabila perusahaan mengeluarkan saham.
Timbulnya Hutang Jangka Panjang
Hutang jangka panjang umumnya timbul apabila perusahaan membutuhkan tambahan dana. Apabila dana ini akan digunakan untuk investasi dalam aktiva tetap yang akan memberikan hasil dalam jangka panjang seperti misalnya untuk pembuatan gedung atau pembelian mesin-mesin, maka dana yang dibutuhkan sebaiknya diperoleh dari hutang jangka panjang atau modal sendiri. Ditinjau dari sudut perusahaan yang membutuhkan dana, pinjaman berupa obligasi memiliki beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan apabila perusahaan mengeluarkan saham.
Keuntungan-keuntungan
mengeluarkan obligasi antara lain:
1. Pemegang obligasi (pemberi pinjaman) tidak mempunyai hak suara sehingga tidak akan berpengaruh pada manajemen perusahaan.
2. Beban yang timbul dari obligasi yang berupa bunga, mungkin lebih rendah dibandingkan dengan deviden yang harus dibayarkan kepada para pemegang saham.
3. Menurut peraturan pajak penghasilan, bunga bisa dikurangkan dari penghasilan untuk menentukan laba yang akan dikenakan pajak sehingga bunga bisa memperkecil pajak penghasilan. Di lain pihak, deviden tidak boleh dikurangkan sebagai beban, karena deviden dipandang sebagai pembagian keuntungan.
Namun demikian, pengeluaran obligasi juga mempunyai akibat- akibat yang kurang menguntungkan, antara lain:
1.Bunga obligasi merupakan beban tetap bagi perusahaan yang mengeluarkannya. Artinya baik dalam keadaan mendapat laba atau sedang menderita rugi, bunga tetap harus dibayar. Deviden tidak demikian halnya, karena deviden hanya dibayar jika perusahaan mendapat laba.
2.Apabila perusahaan tidak mampu membayar/melunasi pinjaman obligasi yang sudah jatuh tempo, maka pemegang obligasi tetap mempunyai hak untuk menuntut pengembalian dari obligasi, misalnya melalui melikuidasi perusahaan.
mengeluarkan obligasi antara lain:
1. Pemegang obligasi (pemberi pinjaman) tidak mempunyai hak suara sehingga tidak akan berpengaruh pada manajemen perusahaan.
2. Beban yang timbul dari obligasi yang berupa bunga, mungkin lebih rendah dibandingkan dengan deviden yang harus dibayarkan kepada para pemegang saham.
3. Menurut peraturan pajak penghasilan, bunga bisa dikurangkan dari penghasilan untuk menentukan laba yang akan dikenakan pajak sehingga bunga bisa memperkecil pajak penghasilan. Di lain pihak, deviden tidak boleh dikurangkan sebagai beban, karena deviden dipandang sebagai pembagian keuntungan.
Namun demikian, pengeluaran obligasi juga mempunyai akibat- akibat yang kurang menguntungkan, antara lain:
1.Bunga obligasi merupakan beban tetap bagi perusahaan yang mengeluarkannya. Artinya baik dalam keadaan mendapat laba atau sedang menderita rugi, bunga tetap harus dibayar. Deviden tidak demikian halnya, karena deviden hanya dibayar jika perusahaan mendapat laba.
2.Apabila perusahaan tidak mampu membayar/melunasi pinjaman obligasi yang sudah jatuh tempo, maka pemegang obligasi tetap mempunyai hak untuk menuntut pengembalian dari obligasi, misalnya melalui melikuidasi perusahaan.