Perilaku Etis bagi Akuntan Manajemen
Kali ini saya akan melanjutkan pembahasan tentang Akuntansi Manajemen. Apa diantara kalian ada yang tau mengenai Menciptakan Pengendalian Internal? pasti ada yang tau dan ada yang tidak, untuk anda yang tidak atau kurang tau mengenai Menciptakan Pengendalian Internal mari kita bahas bersama-sama.
Akuntan manajemen bertugas untuk membantu tugas manajer dalam usaha mereka untuk meningkatkan kinerja ekonomik perusahaan. Namun tujuan tersebut harus dicapai melalui cara-cara yang sah dan etis. Sistem akuntansi manajemen dapat dimanfaatkan oleh manajer untuk mendukung perilaku tidak etis yang mungkin dilakukannya. Oleh karenanya akuntan manajemen harus berpegang pada suatu kode etik yang akan berperan sebagai kendali dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya.
Nilai-nilai dasar yang dijadikan dasar dalam penyusunan standar etika bagi akuntan, antara lain: kejujuran, integritas, komitmen terhadap janji, kesetiaan, keadilan, kepedulian terhadap sesama, penghargaan terhadap orang lain,kewarganegaraan yang bertanggung jawab, pencapaian kesempurnaan, dan akuntabilitas/tanggung jawab.
Institute of Management Accountants (IMA) telah memberikan panduan terkait dengan standar etis dan penyelesaian konflik etis. Standar etika perilaku bagi akuntan manajemen dijelaskan dalam empat kriteria berikut ini:
1. Kompetensi
a. Menjaga tingkat kompetensi profesionalitas yang memadai
b. Melaksanakan tugas-tugas profesional sesuai dengan hukum, peraturan dan standar teknis yang berlaku
c. Menyiapkan laporan dan rekomendasi yang lengkap serta jeas setelah melakukan analisis yang benar
2. Kerahasiaan
a. Menahan diri untuk tidak mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh, kecuali diharuskan secara hukum
b. Memberitahukan kepada bawahan seperlunya kerahasiaan dari informasi yang berkenaan dengan tugas-tugasnya dan memonitor aktivitas mereka untuk menjaga kerahasiaan tersebut
c. Menahan diri dari penggunaan informasi rahasia secara tidak etis dan melawan hukum, baik secara pribadi maupun melalui pihak ketiga
3. Integritas
a. Menghindarkan diri dari konflik kepentingan dan mengingatkans emua pihak tentang potensi konflik
b. Menahan diri dari pelaksanaan kegiatan yang akan menimbulkan keraguan akan kemampuannya untuk melakukan tugasnya secara etis
c. Menolak setiap pemberian, penghargaan dan tanda mata yang dapat mempengaruhi tindakan
d. Menahan diri untuk tidak melakukan campur tangan terhadap legitimasi organisasi, baik secara aktif maupun pasif
e. Mengakui dan mengkomunikasikan keterbatasan pribadi dan profesional
f. Mengkomunikasikan informasi yang baik maupun buruk dan penilaian atau opini profesional
g. Menahan diri dari keterlibatan dalam aktivitas yang dapat merugikan profesi
4. Objektifitas
a. Mengkomunikasikan informasi secara adil dan objektif
b. Mengungkapkan semua informasi relevan yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan oleh manajemen
IMA juga memberikan panduan tentang penyelesaian konflik yang berkaitan
dengan masalah etis, yaitu sebagai berikut:
1. Mengikuti kebijakan yang telah ditentukan
2. Untuk konflik etis yang tidak terselesaikan:
a. Mendiskusikan konflik dengan atasan langsung atau manajer tertinggi lainnya yang tidak terlibat konflik
b. Mengacu pada Sarbanes Oxley Act (SOA)2002 untuk memberikan perlindungan hukum terhadap tuduhan kesalahan manajemen perusahaan
c. Jika atasan langsungnya adalah CEO (direkur utama), pertimbangkan untuk melibatkan dewan direktur atau komite audit
d. Tetap memelihara kerahasiaan, kecuali dminta secara hukum
e. Membahas masalah dalam diskusi yang sifatnya rahasia dengan penasihat yang objektif
f. Berkonsultasi dengan pengacara/penasihat hukum tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan hukum
g. Pilihan terakhir adalah mengundurkan diri dari pekerjaan
Masalah etis bukanlah suatu perkara yang bisa kita sepelekan. Standar etis dalam bisnis merupakan suatu hal yang sangat penting untuk menjaga kelancaran fungsi ekonomi. Tanpa adanya standar etis dalam bisnis, perekonomian dan semua pihak yang berkepentingan padanya (untuk penyediaan barang, jasa, dan pekerjaan) akan mengalami kerugian. Mengabaikan etika bisnis akan mengakibatkan semakin rendahnya kualitas hidup yang ditandai dengan semakin mahalnya harga dan sedikitnya jumlah barang dan jasa yang tersedia.